Selasa, 17 Desember 2013

pembentukan kosep diri

Pembentukan konsep diri merupakan sebuah proses psikologis yang panjang. Joan Rais dalam Singgih Dirga Gunarsa (2003) mengungkapkan bahwa konsep diri terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya. Pada seorang anak, ia mulai belajar berpikir dan merasakan dirinya seperti apa yang telah ditentukan oleh orang lain daloam lingkungannya, misalnya orang tuanya, gurunya ataupun teman-temannya. Sehingga apabila seorang guru mengatakan secara terus menerus pada seorang anak muridnya bahwa ia kurang mampu, maka lama kelamaan anak akan mempunyai konsep diri semacam itu. 
Pada dasarnya konsep diri tersusun atas tahapan-tahapan, yang paling dasar adalah konsep diri primer, di mana konsep ini terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri. Pengalaman- pengalaman yang berbeda yang ia terima melalui anggota rumah, dari orang tua, nenek, paman ataupun misalnya saudara-saudara sekandung yang lainnya. Konsep tentang bagaimana dirinya banyak bermula dari perbandingan antara dirinya dengan saudara-saudara yang lainnya. Sedang konsep tentang bagaimana perannya, aspirasi- aspirasinya ataupun tanggungjawabnya dalam kehidupan ini, banyak ditentukan atas dasar didikan ataupun tekanantekanan yang datang dari orang tuanya. Setelah anak bertambah besar, ia mempunyai hubungan yang lebih luas daripada hanya sekedar hubungan dalam lingkungan keluarganya. Ia mempunyai lebih banyak teman, lebih banyak kenalan dan sebagai akibatnya ia mempunyai lebih banyak pengalaman. Akhirnya anak akan memperoleh konsep diri yang baru dan berbeda dari apa yang sudah terbentuk dalam lingkungan rumahnya, dan menghasilkan suatu konsep diri sekunder. 
Konsep diri sekunder terbentuk banyak ditentukan oleh bagaimana konsep diri primernya. Apabila konsep diri primer yang dipunyai seseorang adalah bahwa ia tergolong seagai orang yang pendiam, penurut, tidak nakal atau tidak suka untuk mambuat suatu keributan-keributan, maka ia akan cenderung pula memilih teman bermain yang sesuai dengan konsep diri yang sudah dipunyainya itu dan teman- teman arunya itulah yang nantinya menunjang terentuknya konsep diri sekunder. 
Maslow (1970) mengemukakan lima buah teorinya mengenai kebutuhan-kebutuhan individu yang akan mempengaruhi perilakunya.
Lima klasifikasi tersebut dengan istilah “hierarchy of needs” yang terdiri dari:  
  1. The psycological needs, yaitu kebutuhan yang bersifat fisiologis misalnya makan, minum dan lain sebagainya. 
  2. The safety needs, yaitu kebutuhan akan rasa aman, tenang, dilindungi dan bebas dari rasa takut. 
  3. The belonginess and love needs, yaitu kebutuhan akan perasaan atau afeksi dalam berhubungan dengan orang lain, perasaan memiliki dan di sayangi serta dicintai. 
  4. The esteem needs, yaitu kebutuhan akan harga diri, prestise dan prestasi, status, perasaan berguna dan menghargai sesama. 
  5. The needs for self actualization, kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Di dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut, setiap individu menunjukkan bentuk perilaku yang berbeda-beda dan tertentu. Bentuk perilaku tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan akhirnya menjadi karakteristik dirinya yang disebut dengan sifat. Sifat-sifat tersebut kemudian akan terorganisir dalam suatu bentuk karakteristik yang unik dan khas dari kebiasaannya.

johari window versi 2

Johari Window

LATAR BELAKANG MASALAH
Komunikasi antar pribadi merupakan aspek yang sangat penting dalam teori komunikasi, oleh sebab itu perlu diadakan studi lebih lanjut tentang cara yang terbaik untuk memanfaatkannya, penulis mencoba menganalisa salah satu teori tentang konsep diri diri yang berkaitan dengan komunikasi antar pribadi untuk menciptakan komunikasi yang lebih baik.
Konsep diri merupakan Faktor yang sangat penting dan menentukan dalam komunikasi antar pribadi. Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri positip. Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu operating system yang menjalankan suatu komputer. Terlepas dari sebaik apapun perangkat keras komputer dan program yang di-install, apabila sistem operasinya tidak baik dan banyak kesalahan maka komputer tidak dapat bekerja dengan maksimal. Hal yang sama berlaku bagi manusia.
Konsep diri adalah sistem operasi yang menjalankan komputer mental, yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri ini setelah ter-install akan masuk di pikiran bawah sadar dan mempunyai bobot pengaruh sebesar 88% terhadap level kesadaran seseorang dalam suatu saat. Semakin baik konsep diri maka akan semakin mudah seseorang untuk berhasil. Demikian pula sebaliknya.
Kita dapat melihat konsep diri seseorang dari sikap mereka. Konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya.
Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positip, dan dapat menjadi seorang pemimpin yang handal.
PERMASALAHAN
Diatas kita agak banyak membicarakan konsep diri Positif, karena dari konsep diri positif lahir pula pola perilaku komunikasi antar pribadi yang positip pula yakni melakukan persepsi yg lebih cermat dan mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang-lain menafsirkan kita dengan cermat pula. Komunikan yang berkonsep diri positip adalah Komunikan yg Tembus Pandang1  ( transparent ).
Dengan bersikap Tembus Pandang  berarti kita membuka diri, kita menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman-pengalaman gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif serta lebih cermat dalam memandang dan menilai diri kita sendiri juga orang lain.
Hubungan antara Konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Window. Dalam Johari Window tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita.
JOHARI WINDOW ( JENDELA JOHARI )
Joseph Luft dan Harrington Ingham , mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. ‘Jendela’ tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari. Berikut ini disajikan gambar ke 4 sel tersebut. Johari Window
Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertical sehingga mengurangi hidden area. Makin besar open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.
Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi tentang kita,  yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang
Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak. Misalnya bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll. Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim.
Unknown area adalah informasi yang orang lain dan juga kita tidak mengetahuinya. Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng sama orang lain selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah bisa mengatakan perasaan “cinta”. Jendela ini akan mengecil sehubungan kita tumbuh dewasa, mulai mengembangkan diri atau belajar dari pengalaman
Yang dimaksud dengan daerah publik adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh dirinya dan orang lain. Daerah buta adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak diketahui oleh dirinya. Dalam berhubungan interpersonal, orang ini lebih memahami orang lain tetapi tidak mampu memahami tentang diri, sehingga orang ini seringkali menyinggung perasaan orang lain dengan tidak sengaja. Daerah tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh diri sendiri tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Dalam daerah ini, orang menyembunyikan/menutup dirinya. Informasi tentang dirinya disimpan rapat-rapat. Daerah yang tidak disadari membuat bagian kepribadian yang direpres dalam ketidaksadaran, yang tidak diketahui baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Namun demikian ketidaksadaran ini kemungkinan bisa muncul.     
Oleh karena adanya perbedaan individual, maka besarnya masing-masing daerah pada seseorang berbeda dengan orang lain. Gambaran kepribadian di bawah ini dapat memberikan contoh mengenai daerah-daerah dalam Jendela Johari.
Johari Window 
Pengenalan diri dapat dilakukan melalui 2 tahap, tahap yang pertama pengungkapan diri (self-disclosure) dan tahap yang kedua menerima umpan balik ( Feedback ). Tahap pengungkapan diri, orang memperluas daerah C (lihat gambar 2), sedangkan untuk memperluas daerah B dibutuhkan umpan balik dari orang lain (lihat gambar 3). Akhirnya, ia akan mempunyai daerah publik (A) yang semakin luas (lihat gambar 4).
KASUS
Dian, gadis pemalu, ia selalu sulit menjalin pergaulan. Sangat jarang ia dapat menceritakan perasaan, keinginan, dan fikiran-fikiran yang ada pada dirinya. Akibatnya, ia kurang dikenal oleh teman sepergaulannya.
Kemungkinan besar, Dian mempunyai daerah publik (A) yang kecil, sedangkan daerah yang tersembunyi lebih besar (C) atau Siti mempunyai daerah buta yang lebih besar (B), sebab kelebihan yang merupakan aset bagi dirinya tidak disadarinya atau dilihat orang lain.
Semakin luas daerah A dapat dikatakan seseorang mempunyai konsep diri yang positif. Ia telah tahu, baik dalam kuantitas maupun kualitas, kekuatan dan kelemahan dirinya. Orang semakin bebas untuk menentukan langkahnya, topeng-topeng yang dipakainya semakin terkuak dan ditinggalkannya. Ia menjadi pribadi yang matang, percaya diri, tidak takut menghadapi kegagalan, dan siap mengahadapi tantangan.
KESIMPULAN
Setelah seseorang melakukan upaya mengenali kekuatan dan kelemahan diri, orang lain akan menyadari siapa saya?  Mengenal diri bukanlah tujuan. Pengenalan diri adalah sebagai wahana (sarana) untuk mencapai tujuan hidup. Oleh karenanya, setelah seseorang dapat menjawab pertanyaan siapa saya? maka pertanyaan selanjutnya adalah saya ingin menjadi siapa?  Jawaban atas pertanyaan tersebut tentunya beragam, sesuai dengan peran-peran yang dimainkannya. Manusia memiliki kemampuan untuk mengubah atau mengembangkan diri.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi.Cetakan  2004
Helmi, A. F. Dan Ramdhani, N. 1992. Konsep Diri dan Kemampuan Bergaul.
Laporan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Koentjoro. 1989. Konsep Pengenalan Diri dalam AMT. Makalah. Dalam Modul Pelatihan AMT. Jurusan Psikologi Sosial UGM, dalam rangka Lustrum V Fak.
Psikologi UGM, Yogyakarta.

Johari window bahasa indonesia

Johari window

MENGGUNAKAN SELF-PENEMUAN DAN KOMUNIKASI UNTUK MEMBANGUN KEPERCAYAAN

Kelompok di depan jendela.
The Johari Jendela meningkatkan komunikasi dan kepercayaan.
© iStockphoto / Photomorphic
Apakah Anda pernah menjadi bagian dari sebuah tim di mana setiap orang benar-benar terbuka dengan satu sama lain?
Jika demikian, maka kemungkinan bahwa Anda bekerja sangat efektif bersama-sama. Kau tahu rekan kerja Anda sangat baik, dan ada dasar yang kuat dari kepercayaan antara Anda. Sebagai hasil dari lingkungan kerja yang positif ini, Anda mungkin mencapai banyak dengan kelompok ini.
Kebanyakan dari kita menyadari bahwa tim mengandalkan kepercayaan agar dapat berfungsi secara produktif, tapi bagaimana Anda pergi tentang membangun kepercayaan itu?
The Johari Window adalah model yang membantu Anda melakukan hal ini, dan membantu Anda belajar hal-hal penting tentang diri Anda, dan berkembang sebagai manusia.
Dalam artikel ini kita akan melihat bagaimana Johari Jendela bekerja, dan kita akan melihat bagaimana Anda dapat menggunakannya dengan tim Anda untuk meningkatkan komunikasi dan kepercayaan.

TENTANG MODEL

The Johari Window adalah model komunikasi yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman antara individu. Kata "Johari" diambil dari nama Joseph Luft dan Harry Ingham, yang mengembangkan model pada tahun 1955.
Ada dua ide kunci di balik alat:
  1. Bahwa Anda dapat membangun kepercayaan dengan orang lain dengan mengungkapkan informasi tentang diri Anda.
  2. Bahwa, dengan bantuan umpan balik dari orang lain, Anda dapat belajar tentang diri Anda dan datang untuk berdamai dengan masalah-masalah pribadi.
Dengan menjelaskan ide Johari Window, Anda dapat membantu anggota tim untuk memahami nilai keterbukaan diri, dan Anda dapat mendorong mereka untuk memberi, dan menerima, umpan balik yang konstruktif.
Selesai sensitif, hal ini dapat membantu masyarakat membangun lebih baik, hubungan yang lebih saling percaya satu sama lain, memecahkan masalah, dan bekerja lebih efektif sebagai sebuah tim.

MENJELASKAN JOHARI JENDELA

The Johari Window ditampilkan sebagai kotak empat kuadran, yang dapat Anda lihat dalam diagram di bawah.
Johari Jendela
Keempat kuadran adalah:

1. Wilayah Terbuka (kuadran 1)

Kuadran ini merupakan hal-hal yang Anda tahu tentang diri Anda, dan hal-hal yang orang lain tahu tentang Anda. Ini termasuk perilaku Anda, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan "publik" sejarah.

2. Blind area (kuadran 2)

Kuadran ini merupakan hal-hal tentang Anda bahwa Anda tidak menyadari, namun yang diketahui oleh orang lain.
Hal ini dapat mencakup informasi sederhana yang Anda tidak tahu, atau dapat melibatkan isu-isu yang mendalam (misalnya, perasaan tidak mampu, tidak kompeten, tidak berharga, atau penolakan), yang sering sulit bagi individu untuk menghadapi secara langsung, namun dapat dilihat oleh orang lain .

3. Hidden area (Quadrant 3)

Kuadran ini merupakan hal-hal yang Anda tahu tentang diri sendiri, tapi orang lain tidak tahu.

4. Diketahui area (kuadran 4)

Kuadran terakhir ini merupakan hal-hal yang tidak diketahui oleh Anda, dan tidak diketahui oleh orang lain.

AKHIR TUJUAN

Tujuan utama dari Window Johari adalah memperbesar area terbuka, tanpa mengungkapkan informasi yang terlalu pribadi. The Open Area adalah kuadran yang paling penting, karena, secara umum, semakin banyak orang tahu tentang satu sama lain, lebih produktif, koperasi, dan efektif mereka akan ketika bekerja bersama-sama.
Proses memperbesar kuadran Wilayah Terbuka disebut "keterbukaan diri," dan itu adalah proses memberi dan mengambil yang terjadi antara diri sendiri dan orang-orang yang Anda berinteraksi dengan.
Ketika Anda berbagi informasi, Wilayah Terbuka Anda berkembang secara vertikal dan Lokasi Tersembunyi Anda semakin kecil. Sebagai orang-orang di tim Anda  memberikan umpan balik   kepada Anda tentang apa yang mereka ketahui atau melihat tentang Anda, Wilayah Terbuka Anda memperluas horizontal, dan area Blind Anda semakin kecil.
Dilakukan dengan baik, proses memberi dan menerima, berbagi, dan membangun komunikasi terbuka kepercayaan dalam kelompok.
Pada pandangan pertama, Johari Jendela mungkin terlihat seperti alat yang kompleks, tapi itu sebenarnya sangat mudah dipahami hanya dengan sedikit usaha. Dengan demikian, ia menyediakan referensi visual yang bisa digunakan untuk melihat karakter mereka sendiri, dan menggambarkan pentingnya berbagi, bersikap terbuka, dan menerima umpan balik dari orang lain.
Orang yang memiliki Wilayah Terbuka besar biasanya sangat mudah untuk diajak bicara, mereka berkomunikasi secara jujur ​​dan terbuka dengan orang lain, dan mereka rukun dengan kelompok. Orang yang memiliki Wilayah Terbuka sangat kecil sulit untuk diajak bicara, mereka tampak tertutup dan tidak komunikatif, dan mereka sering tidak bekerja dengan baik dengan orang lain, karena mereka tidak dipercaya.
Orang lain mungkin memiliki Blind Lokasi besar, dengan banyak hal yang mereka belum diidentifikasi atau ditangani dengan belum. Namun, orang lain dapat melihat masalah ini dengan jelas. Orang-orang ini mungkin memiliki harga diri yang rendah, atau mereka bahkan mungkin memiliki masalah kemarahan ketika bekerja dengan orang lain.

MENGGUNAKAN ALAT TERSEBUT

Proses memperbesar Wilayah Terbuka Anda melibatkan keterbukaan diri. Sederhananya, semakin Anda (bijaksana) membuka dan mengungkapkan pikiran, perasaan, mimpi, dan tujuan, semakin Anda akan membangun kepercayaan    dengan tim Anda.

Tip:

Cobalah untuk menghindari "over-berbagi" dalam pengungkapan diri Anda.Mengungkapkan kecil, barang-barang berbahaya membangun kepercayaan, bagaimanapun, menghindari mengungkapkan informasi pribadi yang dapat merusak menghormati orang untuk Anda.
Aspek penting lain dari pembesaran Wilayah Terbuka Anda menerima umpan balik dari orang lain dalam tim Anda. Umpan balik ini membantu Anda belajar hal-hal tentang diri Anda bahwa orang lain dapat melihat, tetapi Anda tidak bisa. Hal ini penting untuk pertumbuhan pribadi.

Tip:

Hati-hati dalam cara Anda  memberikan umpan balik   . Beberapa kebudayaan memiliki pendekatan yang sangat terbuka dan menerima umpan balik, tetapi yang lainnya tidak.
Anda dapat menyebabkan pelanggaran luar biasa jika Anda menawarkan umpan balik pribadi kepada seseorang yang tidak digunakan untuk itu, jadi sensitif, dan mulai secara bertahap.
Jika seseorang tertarik untuk belajar lebih lanjut tentang Anda, mereka dapat membalas dengan mengungkapkan informasi pada kuadran tersembunyi mereka.
Sebagai contoh, bayangkan bahwa Anda mengatakan kepada seseorang dalam tim Anda bahwa Anda tertarik untuk pergi ke sekolah bisnis untuk mendapatkan MBA Anda. Dia merespon dengan mengatakan bahwa dia terdaftar hanya beberapa bulan yang lalu, dan kemudian dia memberitahu Anda semua tentang program MBA bahwa dia terlibat dengan. Anda membalas dengan membuka tentang tujuan karir Anda, dan Anda membahas bagaimana MBA akan membantu Anda mencapainya.
Sebagai tingkat seseorang kepercayaan dan harga diri meningkat, menjadi lebih mudah untuk mengundang orang lain untuk mengomentari blind spot mereka. Jelas,  aktif    dan  empatik
mendengarkan
    keterampilan berguna dalam latihan ini.

THE JOHARI WINDOW IN KONTEKS TEAM

Perlu diingat bahwa anggota tim yang dibentuk akan memiliki daerah terbuka lebih besar dari anggota tim baru. Anggota tim baru mulai dengan daerah terbuka yang lebih kecil, karena mereka belum punya kesempatan untuk berbagi banyak informasi tentang diri mereka sendiri.

Tanggapan

Pentingnya umpan balik dalam proses ini tidak dapat dilebih-lebihkan. Hanya dengan menerima umpan balik dari orang lain bahwa Blind Lokasi Anda akan berkurang, dan Wilayah Terbuka Anda akan diperluas.
Anggota kelompok harus berusaha untuk membantu anggota tim lain untuk memperluas area terbuka mereka dengan menawarkan umpan balik yang konstruktif. Ukuran dari Wilayah Terbuka juga dapat diperluas secara vertikal ke bawah ke area tersembunyi, sebagai orang-orang mengungkapkan informasi dan perasaan ke grup.
Juga, anggota kelompok dapat membantu seseorang memperluas Wilayah Terbuka mereka ke area tersembunyi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pribadi. Manajer dan pemimpin tim memainkan peran kunci di sini, dengan mengajar anggota tim bagaimana memberikan  umpan balik yang konstruktif    kepada individu tentang mereka Blind Area sendiri.

Tip:

The Johari Window sering digunakan dengan daftar 56 kata sifat seperti "baik", "pintar", atau "idealis." Kata sifat ini dapat digunakan dengan kelompok untuk menggambarkan orang yang semua orang terfokus pada. Anda dapat melihat daftar kata sifat untuk menggunakan di sini .

POIN KUNCI

Joseph Luft dan Harry Ingham mengembangkan Johari Window pada 1955. Alat ini adalah representasi visual berguna karakter seseorang, dan diwakili dengan grid empat kuadran.
Tujuan dari Window Johari adalah untuk menunjukkan pentingnya komunikasi terbuka, dan untuk menjelaskan efeknya pada kelompok kepercayaan. Model ini juga mengajarkan Anda pentingnya keterbukaan diri, dan menunjukkan bagaimana tanggapan kelompok dapat membantu Anda tumbuh, baik secara pribadi dan profesional.
Wilayah Terbuka Anda diperluas secara vertikal dengan keterbukaan diri, dan horizontal dengan umpan balik dari orang lain dalam tim Anda. Dengan mendorong sehat keterbukaan diri dan umpan balik yang sensitif, Anda dapat membangun sebuah tim kuat dan lebih efektif.

 "PERHATIAN"
"BLOG INI ADALAH BLOG ILEGAL JADI SAYA HARAPKAN JANGAN MEMPUBLIKASIKAN BLOG INI DI LUAR LINGKUNGAN KAMPUS STIKES MUHAMMADIYAH BANJARMASIN DEMI KENYAMANAN KITA BERSAMA"
"TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG"

johari window bahasa hulu sungai

The Johari Window

Using Self-Discovery and Communication to Build Trust

Group in front of window.
The Johari Window improves communication and trust.
© iStockphoto/Photomorphic
Have you ever been part of a team where everyone was completely open with one another?
If so, then the chances are that you worked extremely effectively together. You knew your co-workers very well, and there was a solid foundation of trust between you. As a result of this positive working environment, you probably accomplished a great deal with this group.
Most of us realize that teams rely on trust in order to function productively, but how do you go about building that trust?
The Johari Window is a model that helps you do this, and it helps you learn important things about yourself, and so develop as a human being.
In this article we'll look at how the Johari Window works, and we'll see how you can use it with your team to improve communication and trust.

About the Model

The Johari Window is a communication model that is used to improve understanding between individuals. The word "Johari" is taken from the names of Joseph Luft and Harry Ingham, who developed the model in 1955.
There are two key ideas behind the tool:
  1. That you can build trust with others by disclosing information about yourself.
  2. That, with the help of feedback from others, you can learn about yourself and come to terms with personal issues.
By explaining the idea of the Johari Window, you can help team members to understand the value of self-disclosure, and you can encourage them to give, and accept, constructive feedback.
Done sensitively, this can help people build better, more trusting relationships with one another, solve issues, and work more effectively as a team.

Explaining the Johari Window

The Johari Window is shown as a four-quadrant grid, which you can see in the diagram below.
Johari Window
The four quadrants are:

1. Open Area (Quadrant 1)

This quadrant represents the things that you know about yourself, and the things that others know about you. This includes your behavior, knowledge, skills, attitudes, and "public" history.

2. Blind Area (Quadrant 2)

This quadrant represents things about you that you aren't aware of, but that are known by others.
This can include simple information that you do not know, or it can involve deep issues (for example, feelings of inadequacy, incompetence, unworthiness, or rejection), which are often difficult for individuals to face directly, and yet can be seen by others.

3. Hidden Area (Quadrant 3)

This quadrant represents things that you know about yourself, but that others don't know.

4. Unknown Area (Quadrant 4)

This last quadrant represents things that are unknown by you, and are unknown by others.

The End Goal

The ultimate goal of the Johari Window is to enlarge the Open Area, without disclosing information that is too personal. The Open Area is the most important quadrant, as, generally, the more your people know about each other, the more productive, cooperative, and effective they'll be when working together.
The process of enlarging the Open Area quadrant is called "self-disclosure," and it's a give-and-take process that takes place between yourself and the people that you're interacting with.
As you share information, your Open Area expands vertically and your Hidden Area gets smaller. As people on your team provide feedback   to you about what they know or see about you, your Open Area expands horizontally, and your Blind Area gets smaller.
Done well, the process of give and take, sharing, and open communication builds trust within the group.
At first glance, the Johari Window may look like a complex tool, but it's actually very easy to understand with just a little effort. As such, it provides a visual reference that people can use to look at their own character, and it illustrates the importance of sharing, being open, and accepting feedback from others.
People who have a large Open Area are usually very easy to talk to, they communicate honestly and openly with others, and they get along well with a group. People who have a very small Open Area are difficult to talk to, they seem closed off and uncommunicative, and they often don't work well with others, because they're not trusted.
Other people might have a large Blind Area, with many issues that they haven't identified or dealt with yet. However, others can see these issues clearly. These people might have low self-esteem, or they may even have anger issues when working with others.

Using the Tool

The process of enlarging your Open Area involves self-disclosure. Put simply, the more you (sensibly) open up and disclose your thoughts, feelings, dreams, and goals, the more you're going to build trust   with your team.

Tip:

Try to avoid "over-sharing" in your self-disclosure. Disclosing small, harmless items builds trust, however, avoid disclosing personal information which could damage people's respect for you.
Another important aspect of enlarging your Open Area is accepting feedback from others on your team. This feedback helps you learn things about yourself that others can see, but that you can't. This is important for personal growth.

Tip:

Be careful in the way you give feedback  . Some cultures have a very open and accepting approach to feedback, but others don't.
You can cause incredible offense if you offer personal feedback to someone who's not used to it, so be sensitive, and start gradually.
If someone is interested in learning more about you, they can reciprocate by disclosing information in their hidden quadrant.
For example, imagine that you tell someone on your team that you're interested in going to business school to get your MBA. She responds by telling you that she enrolled just a few months ago, and then she tells you all about the MBA program that she's involved with. You reciprocate by opening up about your career goals, and you discuss how an MBA will help you achieve them.
As a person's level of confidence and self-esteem rises, it becomes easier to invite others to comment on their blind spots. Obviously, active   and empathic
listening
   skills are useful in this exercise.

The Johari Window in a Team Context

Keep in mind that established team members will have larger open areas than new team members. New team members start with smaller open areas, because they haven't yet had the opportunity to share much information about themselves.

Feedback

The importance of feedback in this process can't be overstated. It's only by receiving feedback from others that your Blind Area will be reduced, and your Open Area will be expanded.
Group members should strive to help other team members to expand their Open Area by offering constructive feedback. The size of the Open Area can also be expanded vertically downwards into the Hidden Area, as people disclose information and feelings to the group.
Also, group members can help a person expand their Open Area into the Hidden Area by asking personal questions. Managers and team leaders play a key role here, by teaching team members how to give constructive feedback   to individuals about their own Blind Areas.

Tip:

The Johari Window is often used with a list of 56 adjectives such as "kind," "clever," or "idealistic." These adjectives can be used with the group to describe the person that everyone is focused on. You can see a list of adjectives to usehere.

Key Points

Joseph Luft and Harry Ingham developed the Johari Window in 1955. The tool is a useful visual representation of a person's character, and is represented with a four-quadrant grid.
The goal of the Johari Window is to demonstrate the importance of open communication, and to explain its effect on group trust. The model also teaches you the importance of self-disclosure, and shows how group feedback can help you grow, both personally and professionally.
Your Open Area is expanded vertically with self-disclosure, and horizontally with feedback from others on your team. By encouraging healthy self-disclosure and sensitive feedback, you can build a stronger and more effective team.

 "PERHATIAN"
"BLOG INI ADALAH BLOG ILEGAL JADI SAYA HARAPKAN JANGAN MEMPUBLIKASIKAN BLOG INI DI LUAR LINGKUNGAN KAMPUS STIKES MUHAMMADIYAH BANJARMASIN DEMI KENYAMANAN KITA BERSAMA"
"TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG"

makalah tentang konsep diri

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang. Perkembangan yang berlangsung kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
 Segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting untuk seorang perawat memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih dahulu baru bisa memahami klien.
  1.  Tujuan Pembelajaran

  • Memahami defenisi konsep diri
  • Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
  • Memahami komponen atau bagian dari konsep diri
  • Memahami asuhan keperawatan konsep diri

  1. Manfaat

  • Mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep diri
  • Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
  • Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan konsep diri
BAB II
PEMBAHASAN

  1. A.            PENGERTIAN KONSEP DIRI

Beberapa Pengertian konsep diri menurut para ahli :

  • Menurut Burns (1982),
 konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut.
  • Stuart dan Sudeen (1998),
konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
  • Seifert dan Hoffnung (1994)
mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep diri.“
  • Cawagas (1983)
 menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
  • Santrock (1996)
 menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari konsep diri.


  • Atwater (1987)
menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.
Secara keseluruhan disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.
  1. B.     PEMBAGIAN KONSEP DIRI

Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian Konsep diri tersebut
di kemukakan oleh Stuart and Sundeen ( 1991 ), yang terdiri dari :

  1. 1.      Citra Tubuh / Gambaran diri ( Body Image )

 adalah sikap atau cara pandang seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan di modifikasi dengan pengalaman baru setiap individu. ( Stuart dan Sundeen, 1998 ).
Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain :
ü  Fokus individu terhadap bentuk fisiknya lebih terasa pada usia remaja
ü  Bentuk badan, tinggi badan, serta tanda-tanda kelamin sekunder menjadi citra tubuh
ü  Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek psikologis individu tersebut
ü  Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain terhadap dirinya  dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap dirinya
ü  Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri
ü  Individu yang stabil , realistis, dan konsisten terhadap citra tubuhnya terhadap citra tubuhnya dapat mencapai kesuksesan
  1. 2.      Ideal Diri ( Self Ideal )
adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen ,1991). Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai .

v  Faktor yang mempengaruhi ideal diri  ( Ana Keliat, 1998 ) yaitu :
1. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya
2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri
3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis
    keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan cemas dan rendah diri
4. Kebutuhan yang realistis
5. Keinginan untuk menghindari kegagalan
6. Perasaan cemas dan rendah diri

v  Beberapa hal yang berkaitan dengan ideal diri yaitu :
1.Pembentukan ideal diri pertama kali terjadi pada masa kanak-kanak
2.Masa remaja terbentuk mulai proses identifikasi terhadap orang tua, guru dan teman
3.Ideal diri dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting dalammemberikan tuntunan   dan harapan
4.Idel diri mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma keluarga dan sosial

  1. 3.      Harga diri ( Self Esteem )

 adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992).

v  Cara- cara untuk meningkatkan harga diri seseorang :
1. Memberinya kesempatan untuk berhasil
2.memberinya gagasan
3.Mendorongnya untuk beraspirasi
4.Membantunya membentuk koping

v  faktor-Faktor yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti :


1. Perkembangan individu.
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain.

2. Ideal Diri tidak realistis.
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan.

3. Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.

4. Sistim keluarga yang tidak berfungsi.
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak dengan baik.

5. Pengalaman traumatik yang berulang,misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual.
Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma.

  1. 4.      Peran ( Role Performance )

Adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. ( Stuart dan Sundeen, 1998 ). Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. ( Keliat, 1992 ) .Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal.
  1. 5.      Identitas Diri ( Identity )

 Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu.

Beberapa hal terkait dengan identitas diri antara lain :
ü  Identitas personal terbentuk sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan pembentukan konsep diri
ü  Individu yang memiliki identitas diri yang kuat akan memandang dirinya tidak sama dengan orang lain, unik ditmbulkan tidak ada duanya
ü  Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap
ü  Kemandirian ttimbul dari perasaan berharga, sikap menghargai diri sendiri, kemampuan dan penguasaan diri
ü  Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerimanya dirinya

  1. C.    FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI

  1. Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep diri.Contoh, bayi membutuhkan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih sayang, sedangkan anak membutuhkan kebebasan untuk belajar dan menggali hal-hal baru.

  1. Budaya
Pada usia anak-anak nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya dan lingkungannya.Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.

  1. Faktor Internal dan Eksternal
Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri. Pada sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.

  1. Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian pula sebaliknya.

  1. Stesor
Stresor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri dan kecemasan.

  1. Usia, keadaan sakit, dan trauma
Usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya
















BAB III
PENUTUP


  1. KESIMPULAN

Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep diri terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien, sebab keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar fisiknya yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya.
Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan intenal idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi suatu tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam masyarakat.

  1. SARAN

Untuk membangun konsep diri, kita harus belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.
Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto,2004, Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Mubarak Wahid Iqbal SKM, Cahyatin Nurul S. Kep,2008,  Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC
                                                                                           "PERHATIAN"
"BLOG INI ADALAH BLOG ILEGAL JADI SAYA HARAPKAN JANGAN MEMPUBLIKASIKAN BLOG INI DI LUAR LINGKUNGAN KAMPUS STIKES MUHAMMADIYAH BANJARMASIN DEMI KENYAMANAN KITA BERSAMA"
"TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG"